KOMPONEN
KURIKULUM SEBAGAI SATU KESATUAN SISTEM DALAM BIDANG PENDIDIKAN
Disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kajian Kurikulum dan
Buku Teks Sejarah
Dosen pengampu :
Drs. Bain,
M.Hum
Oleh
:
Eko
Handaryono (
3101412101 )
Leanvin Didik Widaryoko
( 3101412103 )
Lailatul
Fatkhiyyah ( 3101412104 )
Rombel : 3
JURUSAN
SEJARAH
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2013
PRAKATA
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Rabb semesta alam atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini dengan judul “Komponen-komponen Kurikulum”
tepat pada waktunya.
Sholawat
serta salam semoga tercurahkan kepada Rosul Allah Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari kegelapan kepada cahaya Rabbi, semoga tercurahkan juga kepada
keluarga Beliau, sahabat dan semoga safa’at dapat kita terima di akhirat kelak.
Amin.
Penulis
ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Ba”in, dan teman-teman satu team
yang telahmendukung penyelesaian makalah sebagai tugas kuliah. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa penyajian ini jauh dari tingkat kesempurnaan, maka
dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.
Mudah-mudahan
bantuan dan dukungan yang diberikan Bapak atau semua pihak dapat menjadi amal jariyah yang bermanfaat.
Dengan
segala keterbatasan dan kelemahan yang ada pada penulis semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Semarang, 18 September 2013
PENULIS
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................. i
Prakata.............................................................................................................. ii
Daftar Isi............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah........................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 5
1.3 Tujuan........................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kurikulum
sebagai Sistem........................................................................ 6
2.2 Komponen-komponen kurikulum............................................................ 6
2.2.1
Komponen Tujuan Kurikulum..........................................................
6
2.2.2
Komponen Isi Kurikulum................................................................... 8
2.2.3
Komponen
Strategi............................................................................. 10
2.2.4
Komponen
Organisasi........................................................................ 11
2.2.5
Komponen
Evaluasi............................................................................ 13
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan................................................................................................... 14
3.2 Saran......................................................................................................... 14
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Kurikulum
sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang strategis, karena
seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya
kurikulum sebagaimana sentra kegiatan pendidikan, maka didalam penyusunannya
memerlukan landasan atau fondasi yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian
secara mendalam.
Dalam proses
pendidikan kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Tanpa
kurikulum yang sesuai dan tepet akan sulit dan sulit untuk mencapai tujuan dan
sasaran pendidikan yang diinginkan. Sebagai alat yang penting untuk mencapai
tujuan, kurikulum hendaknya adaptif terhadap perubahan zaman dan kemajuan ilmu
pengetahuan serta kecanggihan teknologi.
Disamping
itu, kurikulum harus bisa memberikan arahan dan patokan keahlian pada peserta
didik setelah mennyelesaikan suatu program pengajaran pada suatu lembaga. Oleh
karena itu, wajar bila kurikulum selalu berubah dan sesuai dan berkembang.
Dan pada
dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen-komponen
kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat diidentifikasi dengan cara mengkaji
buku kurikulum lembaga pendidikan itu. Dari buku kurikulum tersebut kita dapat
mengetahui fungsi suatu komponen kurikulum terhadap komponen-komponen kurikulum
yang lain.
1.2
Runusan Masalah
( 1 ) Apa yang dimaksud dengan kurikulum sebagai
suatu sistem ?
( 2 ) Apa saja komponen yang ada dalam kurikulum ?
( 3 ) Apa yang dimaksud komponen tujuan dalam
kurikulum ?
( 4 ) Apa yang dimaksud komponen isi dalam
kurikulum?
( 5 ) Apa yang dimaksud komponen metode dalam
kurikulum?
( 6 ) Apa yang dimaksud komponen evaluasi dalam
kurikulum?
1.3
Tujuan
( 1 ) Menjelaskan maksud dari kurikulum sebagai
suatu sistem.
( 2 ) Menjelasakan komponen yang ada dalam
kurikulum.
( 3 ) Menjelaskan maksud dari komponen tujuan
dalam kurikulum.
( 4 ) Menjelaskan maksud dari komponen isi dalam
kurikulum.
( 5 ) Menjelaskan maksud dari komponen metode
dalam kurikulum.
( 6 ) Menjelaskan
maksud dari komponen evaluasi dalam
kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Kurikulum sebagai Sistem
Sistem adalah suatu kesatuan
sejumlah elemen (objek, manusia, kegiatan, informasi, dsb) yang terkait dalam
proses atau struktur dan dianggap berfungsi sebagai satu kesatuan organisasai
dalam mencapai satu tujuan.
Jika pemahaman sistem diatas
dipergunakan melihat kurikulum itu ada sejumlah komponen yang terkait dan
berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, dipandang
sistem terhadap kurikulum, artinya kurikulum itu dipandang memiliki sejumlah
komponen-komponen yang saling berhubungan, sebagai kesatuan yang bulat untuk
mencapai tujuan.
Definisi diatas memberikan gambaran
bahwa pendekatan sistem dalam pengembangan kurikulum merupakan bentuk berputar
dan dinamis dimana empat komponen dari suatu model saling berhubungan.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa anatara satu komponen dengan komponen yang lain
mempunyai hubungan erat dan tidak dapat dipisahahkan.
2.2
Komponen-komponen Kurikulum
Kurikulum memiliki empat komponen utama, yaitu :
2.2.1
Komponen Tujuan
Kurikulum
Tujuan
merupakan hal yang ingin dicapai oleh sekolah secara keseluruhan yang mencakup
tiga dimensi yaitu dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik. Tujuan
merupakan tiik terminal tempat mengarahnya segala gerak, kerja atau perjalanan.
Tujuan akan memberikan pegangan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana
cara melakukan, disamping merupakan patokan untuk mengetahui hingga sejauh mana
tujuan itu telah dicapai.
Tujuan
kurikulum pada hakikatnya adalah tujuan setiap program pendidikan yang akan
diberijkan pada peserta didik. Bedasarkan hakikat tujuan tersebut, dijabarkan
sejumlah tujuan kurikulum, mulai dari tujuan kelembagaan pendidikan, tujuan setiap
mata pelajaran samapai tujuan-tujuan pembelajaran.[1]
Dalam
perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara
jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistrm Pendidikan
Nasional, bahwa : ” Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Tujuan
pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada tataran makroskopik,
selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan
yang ingin dicapai dari setiap jenis maupun jenjang sekolah atau satuan
pendidikan tertentu.
Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007
dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan
menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.
a) Tujuan
pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut.
b) Tujuan
pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut.
c) Tujuan
pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Tujuan pendidikan institusional
tersebut kemudian dijabarkan lagi ke dalam tujuan kurikuler yaitu tujuan
pendidikan yang ingin dicapai dari setiap mata pelajaran yang dikembangkan di
setiap sekolah atau satuan pendidikan.
Tujuan-tujuan pendidikan mulai dari
pendidikan nasional sampai dengan tujuan mata pelajaran masih bersifat abstrak
dan konseptual, oleh karena itu perlu dioperasionalkan dan dijabarkan lebih
lanjut dalam bentuk tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan tujuan
pendidikan yang lebih operasional, yang hendak dicapai dari setiap kegiatan
pembelajaran dari setiap mata pelajaran.
3
Komponen Materi atau Isi
Kurikulum
Isi program
kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan
belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi
jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang
studi tersebut. Bidang-bidang studi tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang
maupun jalur pendidikan yang ada.
Kriteria
yang dapat membantu pada perancangan kurikulum dalam menentukan isi kurikulum.
Kriteria itu natara lain:
1. Isi
kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa.
2. Isi
kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial.
3. Isi
kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji.
4. Isi
kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas.
5. Isi
kurikulum dapat menunjanga tercapainya tujuan pendidikan.
Dalam menentukan materi pembelajaran
atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat dan teori pendidikan dikembangkan.
Dalam hal ini, materi pembelajaran disusun secara logis dan sistematis, dalam
bentuk :
1.
Teori;
seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang saling
berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang gejala dengan
menspesifikasi hubungan – hubungan antara variabel-variabel dengan maksud
menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
2.
Konsep; suatu
abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari kekhususan-kekhususan, merupakan
definisi singkat dari sekelompok fakta atau gejala.
3.
Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus, bersumber dari analisis,
pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
4.
Prinsip; yaitu
ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang mengembangkan hubungan antara
beberapa konsep.
5.
Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi pelajaran yang
harus dilakukan peserta didik.
6.
Fakta; sejumlah
informasi khusus dalam materi yang dianggap penting, terdiri dari terminologi,
orang dan tempat serta kejadian.
7.
Istilah, kata-kata
perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam materi.
8.
Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan untuk memperjelas
suatu uraian atau pendapat.
9.
Definisi:yaitu
penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu hal/kata dalam garis
besarnya.
10.
Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya
mencapai tujuan kurikulum.
Terlepas
dari filsafat yang mendasari pengembangan materi, Nana Syaodih Sukamadinata
(1997) mengetengahkan tentang sekuens susunan materi pembelajaran, yaitu :
1. Sekuens
kronologis; susunan materi pembelajaran yang mengandung urutan waktu.
2. Sekuens
kausal; susunan materi pembelajaran yang mengandung hubungan sebab-akibat.
3. Sekuens
struktural; susunan materi pembelajaran yang mengandung struktur materi.
4. Sekuens
logis dan psikologis; sekuensi logis merupakan susunan materi pembelajaran
dimulai dari yang sederhana menuju kepada yang kompleks. Sedangkan sebaliknya sekuens
psikologis dimulai dari yang kompleks menuju yang sederhana.
5. Sekuens
spiral ; susunan materi pembelajaran yang dipusatkan pada topik atau bahan
tertentu yang populer dan sederhana, kemudian dikembangkan, diperdalam dan
diperluas dengan bahan yang lebih kompleks.
6. Sekuens
rangkaian ke belakang; dalam sekuens ini mengajar dimulai dengan langkah
akhir dan mundur kebelakang. Contoh pemecahan masalah yang bersifat ilmiah,
meliputi 5 langkah sebagai berikut : (a) pembatasan masalah; (b) penyusunan
hipotesis; (c) pengumpulan data; (d) pengujian hipotesis; dan (e) interpretasi
hasil tes.
7. Sekuens
berdasarkan hierarki belajar; prosedur pembelajaran dimulai
menganalisis tujuan-tujuan yang ingin dicapai, kemudian dicari suatu hierarki
urutan materi pembelajaran untuk mencapai tujuan atau kompetensi tersebut.
Hierarki tersebut menggambarkan urutan perilaku apa yang mula-mula harus
dikuasai peserta didik, berturut-berturut sampai dengan perilaku terakhir.[2]
4
Komponen Strategi
Strategi
pelaksanaan kurikulum berhubungan dengan bagaimana kurikulum itu dilaksanakan
disekolah. Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan mengajar
yang digunakan dalam pengajaran. Tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran
tidak hanya terbatas pada hal itu saja. Pembicaraan strategi pengajaran
tergambar dari cara yang ditempuh dalam melaksanakan pengajaan, mengadakan
penilaian, pelaksanaan bimbiungan dan mengatur kegiatan, baik yang secara umum
berlaku maupun yang bersifat khusus dalam pengajaran.
Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam mengajar. Rowntree (dalam
Nana Saodih.1997: 107-108 ), membagi strategi mengajar kedalam tiga bagian,
yaitu:
1.
Reception/ Exposition Learning - Discovery Learning
Dalam Reception/ Exposition Learning keseluruhan
bahan ajar disampaikan pada siswa dalam bentuk akhir atau bentuk jadi, baik
secar lisan maupun tertulis. Siswa tidak ditutut untuk mrngolah, atua aktivitas
lain kecuali menguasainya.
Namun sebaliknya dalam Discovery
Learning siswa dituntut untuk melakukan kegiatan menghimpun informasi,
membandingkan, menemukan serta membuat kesimpulan. Sehingga siswa akan
menguasai dan menemukan hal-hal yang bermanfaat.
2.
Rote Learning – Meaningful Learning
Dalam Rote Learning bahan ajar
disampaikan kepada siswa tanpa memperhatikan arti atau maknanya bagi siswa.
Siswa menguasai bahan ajar dengan menghafalkanya. Sedangkan dalam Meaningful Learning penyampaian bahan
mengutamakan makna bagi siswa.
3.
Group Learning – Individual Learning
Group Learning merupakan pelaksanaan bahan ajar dengan yang dilakukan oleh siswa secara
berkelompok. Artinya siswa ditutut untuk memiliki sikap kerjasama. Namun
sebaliknya Individual Learning pelaksanaan
bahan ajar yang dilakukan secara sendiri.[3]
5
Komponen Organisasi
Kurikulum
Beragamnya
pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum memunculkan terjadinya
keragaman dalam mengorgansiasikan kurikulum. Setidaknya terdapat enam ragam
pengorganisasian kurikulum, yaitu:
1.
Mata pelajaran terpisah (isolated subject); kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang
diajarkan sendiri-sendiri tanpa ada hubungan dengan mata pelajaran lainnya.
Masing-masing diberikan pada waktu tertentu dan tidak mempertimbangkan minat,
kebutuhan, dan kemampuan peserta didik, semua materi diberikan sama
2.
Mata pelajaran berkorelasi; korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi kelemahan-kelemahan
sebagai akibat pemisahan mata pelajaran. Prosedur yang ditempuh adalah
menyampaikan pokok-pokok yang saling berkorelasi guna memudahkan peserta didik
memahami pelajaran tertentu.
3.
Bidang studi (broad field); yaitu organisasi kurikulum yang berupa pengumpulan beberapa mata
pelajaran yang sejenis serta memiliki ciri-ciri yang sama dan dikorelasikan
(difungsikan) dalam satu bidang pengajaran. Salah satu mata pelajaran dapat
dijadikan “core subject”, dan mata pelajaran lainnya dikorelasikan dengan core
tersebut.
4.
Program yang berpusat pada anak (child
centered), yaitu program kurikulum yang
menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta didik, bukan pada mata
pelajaran.
5.
Inti Masalah (core program), yaitu suatu program yang berupa unit-unit masalah, dimana
masalah-masalah diambil dari suatu mata pelajaran tertentu, dan mata pelajaran
lainnya diberikan melalui kegiatan-kegiatan belajar dalam upaya memecahkan
masalahnya. Mata pelajaran-mata pelajaran yang menjadi pisau analisisnya
diberikan secara terintegrasi.
6.
Ecletic Program, yaitu suatu program yang mencari keseimbangan antara organisasi kurikulum
yang terpusat pada mata pelajaran dan peserta didik.
Berkenaan
dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, tampaknya lebih cenderung
menggunakan pengorganisasian yang bersifat eklektik, yang terbagi ke dalam lima
kelompok mata pelajaran, yaitu : (1) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia; (2) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; (3)
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; (4) kelompok mata
pelajaran estetika; dan (5) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan
kesehatan
Kelompok-kelompok
mata pelajaran tersebut selanjutnya dijabarkan lagi ke dalam sejumlah mata
pelajaran tertentu, yang disesuaikan dengan jenjang dan jenis sekolah. Di
samping itu, untuk memenuhi kebutuhan lokal disediakan mata pelajaran muatan
lokal serta untuk kepentingan penyaluran bakat dan minat peserta didik
disediakan kegiatan pengembangan diri.
6
Komponen Evaluasi
Kurikulum
Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan.
Dalam konteks kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan
yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga digunakan sebagai umpan
balik dalam perbaikan strategi yang ditetapkan. Evaluasi merupakan salah satu
komponen kurikulum, dengan evaluasi dapat diperoleh informasi yang akurat
tentang penyelenggaraan pembelajaran, keberhasilah siswa, guru dan proses
pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan hasil evaluasi dapat dibuat keputusan
kurikulum itu sendiri, pembelajaran, kesulitan dan upaya bimbingan yang
diperlukan.
Jenis-jenis penilaian meliputi :
a) Penilaian awal pembelajaran (Input program)
b) Penilaian proses pembelajaran (Program)
c) Penilaian akhir pembelajaran.(output program)
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang
strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Dalam
proses pendidikan kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat diidentifikasi
dengan cara mengkaji buku kurikulum lembaga pendidikan itu.
Komponen-komponen
penyusun kurikulum terdiri dari :
1.
Komponen tujuan merupakan
hal yang ingin dicapai oleh sekolah secara keseluruhan yang mencakup tiga
dimensi yaitu dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2.
Komponen isi adalah
segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar
dalam rangka mencapai tujuan.
3.
Komponen strategi merujuk pada
pendekatan dan metode serta peralatan mengajar yang digunakan dalam pengajaran.
4.
Komponen organisasi berkaitan dengan
pembagian mata pelajaran berdasarkan materi dan pembahasanya.
5.
Komponen evaluasi merupakan komponen
untuk melihat efektifitas pencapaian tujuan.
Dari
masing-masing komponen diatas saling berhubungan satu sama lain, tidak dapat
dipisahkan dalam mencapai suatu tujuan pendidikan yang telah direncanakan.
3.2
Saran
Dengan adanya makalah
ini penulis berharap supaya pembaca dapat mengetahui, tentang komponen-komponen
kurikulum. Serta perlu adanya sumber referensi lain supaya pengetahuan semakin
luas. Semoga makalh ini dapat memberikan manfaat dan pengembangan kurikulum
yang lebih baik.
Daftar Pustaka
Junaedi,
Mahfud. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Konsep
Implementsinya di Madrasah. Semarang : Pilar Media.
Joko
susilo, Muhammad. 2006. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan Manajeman
Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Syoda S, nana. 1997. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Rosdakarya
[1]
Junaedi, Mahfud. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan
Konsep Implementsinya di
Madrasah. Semarang : Pilar Media. Hlm :30-31
[2] Nana
Syaodih. (1997. “Pengembangan Kurikulum
Teori dan Praktek”. Bandung: Rosdakarya) hlm: 105-107
[3] Nana
Syaodih. (1997. “Pengembangan Kurikulum
Teori dan Praktek”. Bandung: Rosdakarya) hlm: 107-108
1xbet korean - KARAKO77
BalasHapus1xbet korean. KARAKO77. 1xbet KARAKO77. 1xbet. KARAKO77. 1xbet. KARAKO77. 1xbet. KARAKO77. 1xbet 1xbet. KARAKO77. 1xbet. KARAKO77. 1xbet. KARAKO77. 바카라사이트 1xbet. KARAKO77. 1xbet. KARAKO77. 1xbet. KARAKO77. 1xbet. 메리트 카지노